RSS

~✿~ [CERPEN] Cinta Tak Harus Memiliki ~✿~




Cinta tak harus memiliki. Mungkin ini yang dapat ku ungkapkan saat itu. Walau hati ini mengatakan “Ya” namun keadaan yang memaksaku ‘tuk mengatakan “Tidak”. Meski telah lama kejadian itu terjadi, masih teringat jelas di benakku tentang kenangan itu.
Namaku Akbar. Hari itu, sekolahku akan mengikuti Olimpiade Olahraga di Makassar. Sewaktu kami telah berkumpul di Dinas Pendidikan Kabupaten Jeneponto, telah tampak Bus sekolah yang akan mengantar kami tersusun rapi di parkiran depan. Para pembimbing masing-masing kontingen menyuruh kami untuk menaiki Bus. Hingga ada seseorang yang mengatakan bahwa Kontingen Pencak Silat belum datang. “Mereka akan menyusul sore nanti.” Ujar Pak Ismail. Mendengar hal itu kami segera menuju ke Bus. Aku yang tergabung dalam Kontingen Basket Ball pun ikut naik ke Bus bersama kawan-kawanku.
Sesaat setelah Bus sekolah tiba di lokasi peristirahatan, kami segera menuju asrama masing-masing sembari membawa barang-barang yang kami bawa. Asrama ku letaknya di lorong IV bersama dengan Kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Sadar bahwa banyak kaum Hawa di sekitar ku, aku pun memperindah Style.
Matahari mulai menghilang. Setelah sholat maghrib, ku putuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Tampak para peserta lain tengah asyik bercengkrama di pos ronda dekat asrama mereka. Ku putuskan untuk keluar lorongku agar aku duduk menyendiri di depan lorongku. Dari kejauhan, tampak seorang gadis berkulit putih nan cantik juga keluar dari arah yang sama. Mata ini mencoba berpaling darinya. Namun apa dayaku, hati kecil ini memaksaku untuk tetap memandanginya. Dari mata turun ke hati, itu yang mungkin terjadi padaku saat itu. Terlalu banyak bengong hingga aku tidak sadar bahwa gadis itu telah duduk di samping ku seraya mengulurkan tangan, pertanda bahwa ia mengajakku berkenalan. “Hay, aku Difa J
“Akbar.” Ku balas dengan mimik sedikit cuek. Biar ga kentara kalau aku menyukainya. Sejenak ku terheran. Mengapa gadis ini yang pertama kali mengajakku berkenalan. Obrolan kami berlanjut. Hingga kami akhirnya berteman.
Ayam berkokok, tanda bahwa . Aku lekas bangun dan melakukan persiapan untuk pertandingan hari ini. Sekilas HP ku berdering. 1 pesan diterima. Ternyata itu dari Difa. “Semangat!” Katanya di pesan itu. “Thanks dah support J” Balas ku. Entah mengapa perasaan ku terhadapnya semakin ngga karuan di dalam hatiku.
Tak terasa perlombaan telah berakhir. Aku ataupun Difa, sama-sama tak mendapatkan gelar satupun dari pertandingan itu. Sungguh nasib yang sama. Meski sama-sama kembali dengan tangan hampa, komunikasiku dengannya tak pernah terputus. Sering ku bertanya di dalam hati “Apakah perasaannya sama dengan perasaanku? Entahlah itu.” Hingga akhirnya ku putuskan untuk menyatakan perasaanku ini padanya. Ku undang ajak dia ke tempat pertama kali kami bertemu. “Dif, ada yang ingin aku katakan padamu.” kataku membuka pembicaraan.

“Hmm, kamu mau bilang apa?”
Sejenak ku terdiam. “Akbar, kenapa bengong? Sebenarnya kamu mau bilang apa? Jangan buat aku penasaran.” Katanya lagi.
“Aku..” Kembali ku terdiam, lalu ku sambung perkataanku tadi. “Aku telah lama menaruh hati padamu Difa. Apakah kamu juga merasakan apa yang aku rasakan?”
“Akbar, sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Tapi....” Dia terdiam.
“Tapi apa?” Tanyaku padanya dengan penuh rasa heran.
“Sorry ya, tampaknya aku dan kamu tidak akan bisa bersama.”
“Why Dif??”
“Alasan aku yang pertama yaitu karena aku sudah memiliki pacar, yang kedua karena aku belum terbiasa dengan yang namanya pacaran jarak jauh, dan yang ketiga karena kita berbeda keyakinan. Maafkan aku ya Akbar.” Katanya menjelaskan.
“Oh ga apa-apa kok, aku bisa menerima semua ini.” Kataku dengan perasaan kecewa. Mendengar ucapannya itu, ku merasa sangat patah hati. Tapi tak ada gunanya ku terus menerus terbayang akan hal itu.
Perlombaan telah berakhir. Aku kembali ke Jeneponto. Sewaktu sampai di rumah, ku menyalakan radio dan mendengarkan beberapa lagu yang di putarkan oleh stasiun radio. Sejenak aku termenung. Bagaimana tidak? Jika sewaktu aku berpindah ke lain channel, ku mendengar sebuah lagu yang berjudul “Aku yang mengerti” dinyanyikan oleh “Bladust”. Lagu yang bertemakan tentang “Seseorang yang tidak dapat memiliki orang yang ia cintai”.
2 tahun berlalu. Komunikasi di antara kami terputus. Akan tetapi, dia sempat mengirimkan pesan kepadaku namun tak ku hiraukan. Mungkin dengan cara ini aku dapat melupakannya. Cara itu berhasil dan saat ini aku tengah menjalin hubungan dengan seniorku di sekolah.

By : Akbar Dwi Nugrah Fakhsirie
Follow on Twitter : @AkbarDwiNugrah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar