Kini perjalanan kemandirian telah dimulai. Ada
banyak pengalaman saat menoleh kebelakang. Dan dialah guru terbaik manusia.
Dalam pengalaman, tentulah ada kenangan yang terbesit di dalamnya. Canda tawa
bersama teman. Tangis harupun demikian.
Mungkin baru beberapa bulan ini aku dan dia
bersama. Setelah lebih dari setahun kita terpisah. Hubungan yang sempat longgar
kini berusaha kita eratkan kembali. Flashback saat SMA. Hari itu 20 Februari
2014. Tepat saat try-out sebuah universitas ternama yang diadakan di daerah ku.
Hari itu juga, adalah ulang tahun kelas ku dibentuk. Siang itu, sebelum acara
berakhir, para panitia pelaksana melakukan sebuah renungan. Awalnya renungannya
biasa saja, karena membahas kembali tentang orang tua. Biasa saja, karena
setiap kali acara renungan yang saya hadiri, pasti orang tua yang selalu
dibahas. Namun, ketika musik dan lagu dari Peterpan – Semua tentang kita
dimainkan, saya sempat kaget. Saat itu, adalah momen disaat kita kembali
mengingat hal-hal indah bersama kawan saat 3 tahun di SMA.
Sejenak saya termenung, saat MC mengatakan,
“PELUKLAH SAHABAT MU!!”. Saya kebingungan dan hanya menunduk tanpa melakukan
apa-apa selain sedih sembari menundukkan kepala. Lalu rekan bernama Rizman,
merangkul saya, namun perasaan ini seolah menanti kedatangan seseorang. Saat
itu saya tak tahu siapa. Selanjutnya, setelah Rizman merangkul saya, datang
seorang lagi bernama Try. Tetaplah saja saya merasa menantikan seseorang. Masih
belum terpikirkan siapakah dia. Dia yang saat itu ku nantikan.
Lalu, jelang semenit dua menit kemudian.
Seseorang mendekap ku. Bakti, aku dan dia memiliki hubungan yang tidak enak ,
sejak kelas 2 SMA. Entahlah perasaan apa yang saya rasakan saat berdekapan
dengannya. Semua air mataku tumpah di pundaknya. “Apakah dia yang ku tunggu??”
gumam ku di dalam hati. Semakin lama, ku dekap dia semakin erat seolah tak
ingin ku lepaskan. Mungkin dia yang selama ini ku tunggu.
Semalam suntuk saya berfikir keras. Bagaimana
cara agar saya dan dia bisa kembali akrab. Namun, tidak ada ide yang terlintas.
Esok hari, saya membawa sebuah ponsel. Dan
tiba-tiba ada razia ponsel di sekolah. Saya kebingungan. Saya tidak tahu harus
menaruh ponsel saya dimana. Saya mondar-mandir di belakang kaya orang gila.
Lalu, dengan sigap, Bakti berdiri dan meminta ponsel yang saya taruh di
kantong. Kemudian, dia selipkan di belakang kertas karton yang menempel di
dinding. Sejak saat itu saya berfikir, suatu saat nanti, pasti saya dan dia
akan menjalin persahabatan yang WAW!!!
Hari demi haripun berlalu. Kini, Bakti sudah
saya anggap sebagai kakak ku sendiri. Banyak fotonya ada di Ponsel ku. Wajahnya
pun selalu menghiasi laptop ku. Hanya saja, terasa berat jika harus berpisah
dengannya. Karena saya dan dia berada di kampus yang berbeda. Letaknya pun
berjauhan. Setiap malam di kamar kos pun saya selalu merindukannya. Tapi satu
hal yang paling saya syukuri adalah karena dia mau bertukar ponsel dengan saya.
Itu adalah hal terindah yang saat ini saya rasakan.
Saya berharap, jika dia bertemu dengan banyak
teman baru di kampus itu. Dia tidak akan melupakanku. Begitupun saya telah
berjanji pada diriku sendiri bahwa saya tidak akan pernah melupakan dia.
Sekian
Sutamara Lasurdi Noor
Follow on twitter: @Sutamara_L_N_

.jpg)





0 komentar:
Posting Komentar